Monday, 1 May 2017

Sistem Pemilahan dan Pengolahan Sampah di Jepang yang Berjalan dengan Rapi dan Terjadwal

Posted by younastory at 23:45 0 comments
True Story



Gomi di Jepang
Melihat kerapian dan kebersihan lingkungan di Jepang tidak terlepas dari kedisiplinan masyarakat setempat dalam membuang sampah pada tempatnya. Terciptanya lingkungan bersih dan enak dipandang juga turut menghasilkan kesegaran udara di sekitarnya. Ketika Anda menginjakkan kaki di negara Jepang, mau itu pagi, siang, sore, atau malam, udara terasa segar dan minim polusi akan langsung menyapa.

Kembali membahas mengenai kebersihan lingkungan di negeri yang terkenal dengan bunga sakura. Jepang memiliki sistem pemilahan dan pengolahan sampah yang rapi, terjadwal, dan tertib. Masyarakat harus mengikuti aturan pembuangan sampah yang berlaku. Selain itu, petugas gomi (gomi=sebutan untuk sampah di Jepang) hanya akan mengambil sampah di hari yang telah ditentukan. 

Saat saya berkunjung ke Jepang dan tinggal di kawasan Ikoma, Nara. Di tempat saya ini, petugas gomi datang setiap dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Sampah yang diambil merupakan sampah yang dapat dibakar dengan ciri kantong kresek berwarna kuning transparan. Untuk warna kantong kresek di setiap daerah yang ada di Jepang berbeda-beda. Disesuaikan dengan daerah tersebut dan sudah memiliki label masing-masing untuk membedakannya. Begitu juga jadwal pengambilan sampah yang ada juga berbeda untuk setiap daerah di Jepang.

Kantong kresek kuning transparan untuk sampah yang dapat dibakar memiliki kapasitas yang beragam. Mulai dari kapasitas 7 liter sampai dengan 30 liter. Kapasitas 30 liter adalah kantong dengan kapasitas yang paling besar.

Sebagai gambaran umum mengenai pemilahan sampah di negara Jepang. Anda dapat mengenali di antaranya sebagai berikut:
-MOERU GOMI (Sampah yang DAPAT DIBAKAR) seperti sisa makanan, sampah dari dapur, bungkus snack/makanan ringan, kertas, plastik. Di tempat kami, Moeru Gomi harus diwadahkan pada kantong kresek kuning transparan.
-MOENAI GOMI (Sampah yang TIDAK DAPAT DIBAKAR) seperti botol, kaleng, potongan benda logam, plastik, peralatan dapur yang rusak, kaca. Di tempat kami, Moenai Gomi harus diwadahkan pada kantong kresek putih transparan.
-SHIGEN GOMI (Sampah yang DAPAT DIDAUR ULANG) seperti botol bekas, kaleng bekas, majalah bekas, koran bekas. Di tempat kami, Shigen Gomi harus diwadahkan pada kantong kresek putih.
-SODAI GOMI (Sampah UKURAN BESAR) seperti barang elektronik, perabot rumah tangga. Di tempat kami, Sodai Gomi harus memanggil petugas jasa Sodai Gomi untuk mengangkut sampah tersebut. Biasanya mereka akan memanggil petugas dari Ikoma dan membayar sesuai dengan Sodai Gomi yang dibuang. Sebagai salah satu contoh, ketika membuang televisi, maka dikenakan biaya 1000 Yen. Atau, dapat pula membuang Sodai Gomi di pengepul yang akan memberikan harga tertentu sesuai gomi yang hendak dibuang. Sebagai contoh, ketika membuang microwave, maka akan dihargai 500 Yen. 

Pemilahan sampah sendiri diikuti dengan baik oleh masyarakat Jepang. Bagaimana tidak? Jika Anda salah membuang sampah, maka petugas gomi enggan untuk mengangkut sampah milik Anda. Sebagai contoh, Anda membuang sampah Moeru Gomi pada kantong kresek selain warna kuning. Otomatis meskipun Anda letakkan sampah tersebut di tempat sampah, petugas gomi tidak akan mengangkutnya sampai Anda menggantinya dengan kantong kresek berwarna kuning sesuai instruksi atau peraturan yang sudah berlaku.

 Gomi



Sampah dipilah pada kantong kresek sesuai jenisnya


Tidak hanya di perumahan atau tempat tinggal. Saya juga melihat pemilahan sampah di setiap tempat umum seperti di dalam stasiun kereta api, di pinggir trotoar, dan lainnya. Pemilahan tersebut yaitu, adanya dua sampai tiga tempat sampah yang dipisahkan sesuai jenisnya.

Ketika saya berada di stasiun kereta api dan terlihat di beberapa tempat umum lainnya, pemilahan sampah/gomi sebagai berikut.
-Bottle/Cans
Sampah khusus botol kaca dan kaleng.
-Plastic Bottles
Sampah khusus botol plastik.
-Newspapers/Magazines
Sampah khusus surat kabar/koran dan majalah.
-Others
Sampah khusus bungkus snack, plastik bungkus makanan, dan selain dari tiga jenis yang sudah disebutkan di atas.
Namun, saya juga masih melihat ada tempat sampah terpisah yang bertuliskan Bottles/Coffee yang menjadi tempat sampah khusus untuk botol beer atau botol susu dan kaleng kopi.
Selain sampah sudah dipilah sesuai jenisnya, masyarakat Jepang juga tidak dapat membuang sampah botol plastik begitu saja. Catatan ini berlaku bagi mereka yang hendak membuang sampah botol plastik di rumah-rumah. Mereka harus mencuci terlebih dahulu botol plastik bekas minuman tersebut sampai bersih dan kering, baru dibuang ke tempat sampah. Hal itu juga berlaku bagi bekas kaleng susu atau kaleng makanan.

Peraturan dalam Membuang Bubuk Makanan:
Di Jepang, masyarakat juga tidak dapat membuang bubuk makanan dengan bebas. Meskipun sebagai jenis Moeru Gomi, mereka tidak boleh membuang bubuk makanan seperti bubuk cabe tanpa wadah di dalam kantong kresek. Masyarakat Jepang diharuskan untuk membungkus bubuk cabe tersebut di kantong plastik bening baru dapat membuangnya di kantong kresek Moeru Gomi. Mengapa demikian? Karena untuk menghindari adanya kejadian alergi saat petugas gomi mengambil sampah-sampah tersebut. Sebab bisa jadi ada petugas gomi yang memiliki alergi terhadap bubuk makanan yang dibuang seperti bubuk cabe.

Peraturan dalam Membuang Sisa Minyak Goreng/Minyak Jelantah:
Di Jepang, masyarakat tidak diperbolehkan untuk membuang sampah sisa minyak goreng atau minyak jelantah di saluran pembuangan air seperti wastafel. Selain dapat menyumbat saluran pembuangan air tersebut, juga akan mencemari lingkungan sekitar. Sehingga cara yang diajarkan di masyarakat Jepang yang hendak membuang sampah sisa minyak goreng atau minyak jelantah adalah dengan membekukannya terlebih dahulu.
Caranya adalah dengan mencampurkan bubuk pada sisa minyak goreng atau minyak jelantah dengan cara dipanaskan di atas api kompor hingga membentuk gel. Kemudian didiamkan semalaman hingga membeku. Baru dapat dibuang sebagai jenis Meoru Gomi.

Tempat Pembuangan Akhir Gomi di Jepang
Kurin Senta adalah nama dari tempat pembuangan akhir gomi di Jepang berupa gedung seperti gedung perkantoran pada umumnya. Mengingat sejak awal sistem pembuangan sampah sudah dipilah-pilah, maka ketika sampai di Kurin Senta, juga demikian. Sampah-sampah yang telah diangkut oleh petugas gomi ditempatkan sesuai jenisnya.
Untuk jenis sampah rumah tangga seperti Moeru Gomi, sampah akan dilakukan daur ulang. Kemudian diproses menjadi produk jadi tertentu.
Untuk jenis sampah sisa makanan, sisa minuman, sisa sampah dapur diolah menjadi sumber tenaga listrik.
Untuk jenis sampah cair, diproses lebih lanjut dan ketika sudah memenuhi standar keamanan, maka sampah cair yang disebut sebagai limbah cair dapat aman dibuang ke sungai. Sehingga limbah cair tersebut tidak akan mencemari lingkungan.
Dari proses pengolahan sampah di Kurin Senta, terlihat dengan jelas semua sampah yang ada diproses lebih lanjut menjadi sesuatu yang berguna.

Note:
Sumber artikel berasal dari pengalaman pribadi ditambah informasi dari berbagai sumber yang disadur dengan bahasa lebih ringan.

Catatan Pendek untuk Jadwal Gomi di Ikoma:
SENIN
Pengambilan sampah untuk dibakar Moeru Gomi oleh petugas. Moeru gomi diwadahkan pada tas kresek berwarna kuning.
Pengambilan moeru gomi berlangsung pada pukul 07.30 waktu Ikoma.
SELASA
Pengambilan sampah botol pastik/bungkusan dari plastik yang dapat didaur ulang Shigen Gomi diwadahkan pada tas kresek berwarna putih.
Pengambilan shigen gomi berlangsung pada hari Selasa setiap akhir bulan.
RABU
Pengambilan sampah botol kaca, keramik, kaleng yang tidak dapat dibakar Moenai Gomi diwadahkan pada tas kresek berwarna putih.
Pengambilan moenai gomi berlangsung pada minggu kedua hari Rabu.
Pengambilan perabot yang sudah tidak terpakai lagi seperti rak, lemari, meja, futon.
Pengambian moenai gomi berlangsung pada minggu ketiga hari Rabu.
KAMIS
Pengambilan sampah untuk dibakar Moeru Gomi oleh petugas. Moeru Gomi diwadahkan pada tas kresek berwarna kuning.
Pengambilan moeru gomi berlangsung pada pukul 07.30 waktu Ikoma.
Pengambilan kardus, Shigen Gomi di siang hari.

NB: PET, Bottle, Plastic


Mobil Gomi di Jepang
 





Tuesday, 28 March 2017

Flea Market di Kitano Tenmangu Shrine

Posted by younastory at 01:09 0 comments
True Story



Sabtu, 25 Maret 2017 

Sabtu pagi, sekitar jam 7.45 kami tiba di halte Takayama Science Plaza untuk naik bus menuju ke halte Gakuenmae Eki. Tarif bus yang kami bayarkan 380 Yen per orang dewasa dan setengah harga untuk anak-anak usia di bawah dua belas tahun. Tiba di halte Gakuenmae Eki, aku dan keluarga menuju ke dalam Gakuenmae Eki (stasiun kereta api Gakuenmae). Tiket kereta api yang kami gunakan adalah Surutto Kansai 3 Day yang masa berlakunya hingga akhir bulan April 2017. Tiket ini terhitung lebih murah dibanding membeli tiket manual di Gakuenmae Eki. 

Kami menunggu kereta api express yang menuju ke Kyoto Station. Perjalanan dari Gakuenmae Eki menuju Kyoto Station memakan waktu sekitar 39 sampai 40 menit. Dari Gakuenmae Eki, kami harus ganti kereta api di Yamato Saidaiji Station. Kereta api yang kami gunakan adalah Kintetsu-Limited Express. Aku melihat pada jadwal datang kereta api dan jam menunjukkan 08.20 pagi. Dan benar saja, Jepang selalu tepat waktu. Pada jam 08.20 terlihat kereta api yang akan mengantar kami ke Kyoto Station datang.



Tiba di Kyoto Station, aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk berfoto. Dengan mengambil atar belakang Kyoto Station dan Kyoto Tower, aku berhasil mengabadikan moment saat tiba di salah satu kota wisata terkenal di Jepang ini. 







Perjalanan dari Kyoto Station menuju Kitano Tenmangu Shrine untuk melihat flea market terbilang membutuhkan sedikit perjuangan. Bisa dibayangkan kami perlu mengantri terlebih dahulu untuk naik bis nomor 50 atau 101 sebagai jalur bis ke Kitano Tenmangu. Kami harus sabar mengantri karena begitu banyak orang yang ingin menuju ke flea market Kitano Tenmangu. Satu bis jalur 50 terewatkan oleh kami karena sudah penuh penumpang. Alhamdulillah kami berhasil naik di bis jalur 50 yang datang tidak lama kemudian. Tarif bis yang mengantarkan kami ke Kitano Tenmangu Shrine adalah 230 Yen untuk tarif orang dewasa dan 120 Yen. Kami membayar tarif dengan surutto kansai ketika bis sudah tiba di halte bis Kitano Tenmangu.

Kami tidak memperoleh tempat duduk selama perjalanan yang memakan waktu sekitar 30 menit ini. Bahkan setiap kali melalui pemberhentian halte, bis ini memasukkan dua sampai tiga penumpang. Alhasil, aku harus berdesak-desakan dengan penumpang yang ada di dalam bis. Namun, setibanya kami di Kitano Tenmangu, rasa lelah berdiri terbayarkan dengan pemandangan kota Kyoto yang indah dan bersih.

Di bulan Maret 2017 ini meskipun hendak memasuki musim semi, suhu udara masih terasa begitu dingin sekitar 10 derajat Celcius. Bunga sakura belum terlihat bermekaran satu pun. Namun, kami tetap menikmati jalan-jalan di hari Sabtu dengan mengunjungi flea market di Kitano Tenmangu Shrine.
   


Ada begitu banyak pedangan yang kami saksikan. Mungkin karena begitu banyaknya pedagang yang ada di Kitano Tenmangu Shrine, maka banyak sumber menyebutkan ada skitar seribu pedagang yang berjualan di flea market saat itu. Flea market berada di pelataran dari Kuil Toji yang ada Kitano Tenmangu Shrine.
Kami memulai perjalanan mulai dari bagian depan. Pedagang yang pertama kali kami saksikan adalah kuliner atau makanan. Begitu harum aroma masakan para pedagang makanan menyapa kami di flea market Kitano Tenmangu Shrine. 

Ada penjual taiyaki, dorayaki, takoyaki, okonomiyaki, pisang cokelat, kentang goreng, tela goreng, dan masih banyak lagi lainnya. Namun, sebagai muslim, saya menahan diri karena makanan yang dijual tersebut tidak seluruhnya halal. Dari makanan-makanan yang saya sebutkan, kalian bisa membeli taiyaki atau dorayaki untuk dibeli. Insya Allah Halal.





Perjalanan kami teruskan dengan melewati penjual mainan, aksesoris seperti tas dan obi. Kami berhenti sejenak di penjual tas dan obi. Di sana tertulis harga satu produknya adalah 500 Yen. Untuk tas yang mereka jual dapat dikatakan murah karena kualitas handmade. Dan biasanya untuk tas tangan handmade Jepang dijual di atas harga 1000 Yen. 

Kami kemudian melanjutkan perjalanan sepanjang stand penjual. Kami kembali menemui penjual yukata bekas, kimono bekas, obi bekas, yang rata-rata menjualnya dengan harga 1000 Yen ke atas. Harga yang menurut saya masih mahal. Kami juga melihat penjual jam tangan bekas, peralatan pertukangan bekas, kaos kaki baru, payung, hiasan patung, dan masih banyak lainnya. Namun, perlu diketahui di flea market yang ada di Kitano Tenmangu Shrine ini kebanyakan adalah penjual yukata, kimono, dan obi bekas dengan harga rata-rata 1000 Yen ke atas. Sehingga bagi Anda yang berencana untuk membeli oleh-oleh kimono, dapat datang ke flea market di kota Kyoto, Jepang. Flea market di Kitano Tenmangu Shrine, Kyoto, Jepang ini selalu hadir di tanggal 25 setiap bulan.












 

yOuna story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea