Monday, 29 June 2015

Wisataku ke Nara Koen

Posted by younastory at 01:04 0 comments
True Story 
Part 2


Menyambung ceritaku di “Wisataku ke Nara Koen Part 1”.

Oiya, setiap kali kami berjalan ke Nara Koen pasti akan menjumpai beberapa papan peringatan seperti di bawah ini lho.

Tak perlu khawatir, pada dasarnya Shika san jinak kok. Asalkan kalian tidak mengganggu, para rusa tidak akan mengganggu kalian pula.

Ku ajak menuju ke Todaiji Temple. Untuk masuk ke Todaiji Temple, aku harus membayar tiket seharga 500 Yen. Saat itu aku mengajak kakakku untuk masuk. Sementara kakak iparku dan dua keponakanku asyik menikmati pemandangan di Nara Koen.
Di dalam Todaiji Temple terdapat patung Budha raksasa. Sempatkanlah untuk mengambil foto di dalam karena sayang kalau tidak. Memang tidak ada pemandangan lain selain patung Budha raksasa dan sebuah telapak tangan raksasa di dalam Todaiji Temple. Namun selagi kalian di Nara Koen sekalian saja untuk melihat peninggalan yang ada di Jepang.

Setelah dari Todaiji Temple, kami melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah tempat yang memiliki lonceng raksasa. Ukurannya memang lebih besar dari lonceng yang ada biasanya.

Pulangnya, kami menuju jalan yang sama ketika berangkat. Dan saat melewati toko kue mochi yang pagi hari tadi masih tutup, ternyata tepat saat diadakan atraksi untuk membuat kue mochi. Sungguh beruntung kami saat itu. Kurang lebih jam menunjukkan pukul satu siang waktu Jepang. Aku sangat antusias melihat dua orang pria Jepang yang begitu kuat untuk memukul-mukul kue mochi. Atraksi memang berlangsung singkat namun sangat seru. Tidak lupa kami membeli lima buah kue mochi rasa green tea khas Jepang. Satu harga kue mochi tersebut adalah 130 Yen.

Itulah wisataku ke Nara Koen. Tunggu ceritaku berwisata ke Osaka Temple saat musim dingin yaa... Dijamin brrr..bbrrr
END
 

Saturday, 27 June 2015

Sepeda Baru

Posted by younastory at 00:05 0 comments
CERPEN



Aku, Edo, Evan, dan Nino setiap sore selalu bermain di pinggir sawah. Kami paling senang bermain perang-perangan dan membuat senjata dari bambu. Selain itu, kami juga suka menangkap belut yang ada di sawah. Kami bersepeda menuju ke sawah yang sebenarnya tak terlalu jauh dari rumah kami. Aku selalu membonceng Evan setiap kali kami pergi ke sawah. Sebab aku belum memiliki sepeda sendiri.
Dulu pernah aku meminta sepeda kepada ayahku. Tapi ayah selalu menjawab bahwa beliau belum punya uang untuk itu. Ya... aku memang harus bersabar. Kebutuhan kami akhir-akhir ini memang banyak. Terlebih adikku, Leo, yang akan masuk kelas satu sekolah dasar sebentar lagi.
”Kau tak ajak adikmu main bersama nanti sore?” tanya Edo ketika kami sedang duduk-duduk di kantin sambil menikmati camilan yang kami beli.
”Aku sebenarnya ingin mengajak Leo. Tapi masa dia harus jalan kaki sendiri sementara kita naik sepeda. Sepeda yang ada boncengannya kan cuma milikmu, Van,” jelasku pada Evan.
Evan ketawa. “Jelas cuma punyaku yang ada boncengannya. Sebab hanya aku yang memakai sepeda ontel.”
“Tetap saja Leo tak dapat kuajak,”
”Tapi kan dia sangat ingin ikut bersama kita. Kasihan kan, Mon,” kata Edo padaku.
”Baiklah nanti akan ku ajak dia. Aku akan jalan kaki menuju ke sawah bersamanya. Kalian nanti duluan saja,” janjiku pada mereka.
Sebenarnya Leo memang sudah beberapa kali ingin ikut bermain bersama kami. Hanya saja aku belum punya sepeda untuk mengajaknya. Alasan yang tak masuk akal sih. Maksudku sih supaya Leo tak capek. Dia kan bisa aku bonceng. Tak harus berjalan kaki. Begitu!
Ketika selesai mandi, aku segera menghampiri Leo yang sedang asyik menonton acara kartun di televisi. Aku duduk di sampingnya.
”Mau ikut kakak ke sawah sekarang?” tanyaku padanya.
Leo berpaling ke arahku. ”Boleh?”
Aku mengangguk sambil tersenyum. Maka kami pun segera menuju ke sawah. Ketika kami tiba di sawah, Edo, Evan, dan Nino sudah asyik bermain di sana. Aku dan Leo segera menuju ke arah mereka.
”Hei!” panggil Evan sambil melambaikan tangannya ke arah kami.
Kami segera berlari ke arah mereka.
”Nah gitu dong. Sebagai kakak yang baik, mengajak adiknya untuk bermain juga,” goda Evan sambil melemparkan sebuah bambu kecil ke arahku.
Aku berhasil menangkisnya. Aku dan Leo langsung membuat senjata kami dari bambu. Dan tak lama kemudian. Kami pun sudah main perang-perangan. Hingga waktu sudah menujukkan pukul lima sore. Waktunya kami untuk segera pulang ke rumah.
***
Hari ini adalah hari Sabtu. Sebenarnya hari spesial bagiku. Tapi kok ya belum ada yang ngasih ucapan selamat padaku ya? Hari ini adalah hari ulang tahunku.  Ya.. aku tak terlalu berharap sih.
Ketika aku melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah saat sekolah sudah usai, Edo, Evan, dan Nino tak nampak. Padahal tadi kami bersama-sama. Eh, tiba-tiba saja mereka menghilang. Aku pun pulang sendiri tanpa mereka.
Ketika aku sudah tiba di rumah. Hal aneh lagi-lagi terjadi. Rumah yang biasanya ada ibu dan adik yang sudah lebih dulu pulang sekolah kini tampak sepi dan begitu lengang. Aku pun memutuskan untuk makan siang.
”Kemana sih orang-orang?” tanyaku pada diri sendiri.
Setelah makan siang aku memutuskan untuk menonton acara televisi. Sebenarnya tak ada yang ingin kutonton. Tapi daripada bosan nggak ngapa-ngapain. Selama kurang lebih satu jam aku hanya menonton televisi. Ibu dan Leo belum juga pulang. Tak terasa aku pun tertidur di sofa ruang keluarga.
”Kak, mandi sudah sore. Kak Simon!”
Samar-samar aku mendengar suara Leo. Aku mencoba untuk membuka kedua mataku yang semula tertutup. Ternyata memang benar si Leo. Dia mengguncang-guncang tubuhku. Aku pun menggeliat dan bangun terduduk.
“Darimana tadi kau sama Ibu?” tanyaku sambil mengucek-ngucek mataku.
“Pergi sebentar ke toko,” jawabnya, “ayo mandi, Kak. Ibu ingin bicara dengan kakak setelah kakak mandi.”
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok Ibuku. ”Mana Ibu?”
”Kakak mandilah dulu,” perintahnya.
Aku pun segera mandi. Setelah badanku segar kembali, aku segera mencari keberadaan Ibuku. Di dapur tak ada, di ruang tamu juga tak ada. Kemana lagi orang-orang?
Kulangkahkan kakiku menuju ke samping rumah di mana garasiku berada. Dan...
”SELAMAT ULANG TAHUN!!!!!!”
Terdengar suara yang begitu riuhnya. Aku terkaget. Ternyata di garasi sudah banyak sekali orang. Ada Ibu, Ayah, Leo, Edo, Evan, Nino, dan beberapa temanku yang lain. Di tengah-tengah mereka ada sebuah sepeda BMX yang masih baru. Wow!
“Selamat ulang tahun, Simon,” ucap ibu sambil memelukku.
“Terima kasih semuanya. Kupikir kalian lupa ulang tahunku,” ucapku sambil tersenyum senang.
“Ini hadiah dari ayah dan ibu. Kau senang?” kata ayah sambil menunjukkan sepeda BMX itu padaku.
Aku berjalan menuju ke sepeda tersebut. Aku pun mencoba menaikinya. ”Sungguh menyenangkan. Terima kasih banyak ayah... ibu.”
”Ini hadiah dariku,” kata Leo sambil memberiku sebuah helm sepeda.
”Keren!” ujarku.
Semua tertawa melihat tingkahku yang mendadak kembali menjadi anak berumur lima tahun lagi. Tapi aku tak peduli itu. Sebab ternyata hari ini adalah hari spesialku. Sungguh menyenangkan sekali. Semua bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun padaku. Ada sebuah kue tart berwarna coklat dan lilin yang berjumlah sebelas buah. Aku pun segera meniupnya setelah memanjatkan doa pada Tuhan.
”Kami juga membawakan kado untukmu. Sudah kami taruh di atas meja belajarmu,” kata Nino.
”Terima kasih, teman-teman. Tapi mengapa kalian tadi tiba-tiba menghilang?” ucapku.
”Kami beli kado untukmu, Simon. Maaf ya sudah membuatmu bingung,” jelas Edo sambil menepuk bahuku pelan.
”Iya, aku tidak marah kok,” kataku.
Terima kasih orang tuaku dan adikku. Terima kasih teman-temanku. Terima kasih karena kini aku telah memiliki sepeda. Sepeda BMX seperti impianku. Terima kasih semua! Aku sangat senang dan bahagia.

Penulis: Yuna Chan

Thursday, 25 June 2015

Wisataku Ke Nara Koen (Nara Park)

Posted by younastory at 23:34 0 comments
True Story
Part 1



Siapa yang ingin bertemu dengan kawanan rusa yang jinak yang lucu, ada di Nara Koen. Pada bulan Desember 2014 lalu, aku, kakakku, kakak ipar, dan dua keponakanku pergi ke Nara Koen. Rusa-rusa di kota Nara dikenal dengan nama Shika san. Perjalanan menuju ke Nara Koen tidak begitu lama. Hari itu hari Minggu pagi cuaca Nara yang begitu cerah saat musim dingin di bulan Desember 2014. Kami naik bis dari halte menuju ke stasiun kereta api Gakken Kita Ikoma. Aku lupa nama stasiun kereta api yang menuju ke Nara Koen (karena yang beliin tiket kakakku, jadi saat itu aku nggak memperhatikan :p). Pastinya kami semua tiba di Nara Koen dengan hati riang.
Terbilang masih pagi saat kami tiba di Nara Koen. Banyak kios-kios souvenir seperti Daiso dan kios kuliner masih tutup. Saat itu, kami tiba sekitar pukul sepuluh pagi. Dan suasana yang lengang memang masih sangat terasa di kota Nara saat itu. Udara dingin sangat terasa sampai kedua telapak tanganku harus disembunyikan dibalik saku jaket hangat.
Sebelum bertemu dengan para Shika san, kami berjalan menuju ke danau. Entah apa nama danaunya. Aku pun sempat berfoto sebentar dengan latar belakang danau tersebut.

Masih sepi kan suasananya..... :)

Jarak dari danau hingga bertemu rusa-rusa berada terbilang jauh. Kami berjalan kaki hingga beberapa kawanan rusa menyapa. Beberapa rusa ada yang suka mendekati kami dan jika kalian kurang beruntung, ada rusa yang tanpa sungkan mengendus pakaian kalian untuk mencari makanan. Jika kalian membeli makanan untuk rusa yang dijual oleh beberapa orang Jepang dengan harga 103 yen, maka rusa pun akan mendekati kalian tanpa sungkan. 


Dari beberapa kawanan rusa yang kami temui, aku pun memilih rusa yang mau diajak berfoto. Meskipun jinak, namun setiap kali kamera sudah action, rusa tersebut cepat menoleh ke kanan dan ke kiri.
Oiya, untuk mengitari Nara Koen, kalian tidak dibebankan biaya lho. Alias gratis. Kalian dibebaskan untuk berkeliling Nara Koen yang sangat luaaaaasss. Benar-benar hiro i. Kami sempat pula berhenti sejenak menikmati pemandangan di sekitar Kohfukuji Temple. Dan tentu saja mengabadikan moment tidak kami lewatkan.

Sampai kami tiba di kawasan yang sangat penuh dengan kawanan rusa-rusa. Tepatnya sebelum memasuki Todaiji Temple.


To Be Continued... Nara Koen Part 2
 



 

yOuna story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea