Wednesday, 20 July 2016

Cerita dari Sungai

Posted by younastory at 23:36 0 comments
Cerpen Anak



Sekitar beberapa tahun yang lalu, ada seorang anak kecil bermain di sungai. Orangtuanya tak tahu kalau anak mereka menuju ke sungai untuk bermain. Lalu anak yang bernama Intan Mutiara itu terseret arus yang lumayan deras di sungai itu. Untungnya, dia dapat menyelamatkan diri. Kemudian Intan, begitu anak kecil itu disapa, segera berjalan menuju ke rumahnya.
Keadaannya sangat tragis. Tubuhnya basah kuyup dan napasnya tidak teratur. Tapi dia terus berusaha untuk sampai di rumah. Sayangnya, Tuhan berkata lain. Dia meninggal ketika tiba tepat di samping rumahnya. Sekitar setengah jam kemudian anak itu ditemukan oleh ibunya sendiri ketika sang ibu hendak menuju ke sumur samping rumah, mengambil air untuk memasak. Dan sejak saat itu desas-desus bahwa arwahnya bergentayangan di sungai terus terdengar.
***
”Kita akan ke sungai itu sore ini. Kau mau ikut?” tanya Nila pada Sofi terlihat masih asyik mewarnai gambarannya.
”Aku tak berani. Di sana berbahaya. Ibuku pasti melarangku pergi,” tolak Sofi sambil menata pensil warna yang dipakai Nila.
Nila dan Sofi adalah sahabat sejak mereka duduk di kelas tiga sekolah dasar. Rencananya mereka akan bermain di sungai yang terletak di ujung gang desa. Menurut desas-desus yang ada sungai itu angker dan pernah menghilangkan seorang anak kecil.
Nila tak percaya akan cerita itu. Dia tak takut. Maka dia berencana akan bermain ke sungai sore ini. Nila akan mengajak beberapa teman sanggar tarinya untuk bermain ke sana. Sekitar pukul empat sore mereka akan menuju ke sungai itu.
”Itu hanya cerita yang tak masuk akal. Masa hanya gara-gara hilangnya seorang anak kecil saja sungai itu bisa jadi angker. Lagipula akhirnya anak itu di temukan di dekat rumahnya,” bujuk Nila.
”Tapi tetap saja anak itu ditemukan tak bernyawa,” kata Sofi sambil bergidik.
”Masih sore Sofi, kau ini penakut sekali sih,” sambil menepuk pelan bahu sahabatnya itu.
Sofi diam.
”Baiklah... aku akan ikut kalian. Aku akan ikut,” kata Sofi akhirnya. Sebab dia tak ingin dikatakan penakut oleh Nila.
Maka sorenya, mereka berangkat menuju ke sungai yang dimaksud. Sofi tak mengatakan pada ibunya, jika sore akan menuju ke sungai. Sebab kebanyakan dari penduduk desa masih mempercayai desas-desus itu. Terutama kaum ibu-ibu.
”Kalian percaya tidak, jika setiap tiga jam sekali akan terdengar jeritan anak kecil. Seorang gadis?” tanya Nila sambil menuruni undakan yang mengarah menuju ke sungai.
Yang lain saling pandang sambil mengangkat bahu.
”Aku sedikit percaya. Sebab sungai ini sudah lama tak dipakai oleh para penduduk desa untuk mencuci pakaian apalagi mandi,” jawab Imel salah satu teman sanggar tari Nila. ”Mereka lebih banyak menggunakan sungai yang ada di persawahan dekat pabrik teh itu.”
Sofi berjalan berdampingan dengan Nila.
”Kau masih takut?” tanya Nila sambil menatap Sofi yang sedari tadi terlihat diam.
Sofi menggeleng. Walau dalam hati kecil Sofi, dia masih takut. ”Kita lihat saja nanti.”
Nila, Sofi, dan anak-anak yang lain segera bermain di sungai itu. Sebenarnya sungai itu mempunyai air yang jernih. Namun, keadaannya sungguh suram. Tak mengenakan.
Byuurrr...!!!
Nila dan tiga orang temannya menceburkan diri ke dalam air sungai itu. Tampaknya mereka lupa tidak memperhatikan laju arus. Karena tiba-tiba alirannya lumayan deras. Mereka terseret-seret arus itu. Sofi dan seorang teman Nila berteriak-teriak dan berusaha menyelamatkan mereka. Keadaan saat itu panik. Sofi berjalan kesana-kemari. Bingung hendak melakukan apa.
”Nila! Berta! Ami! Eni!” teriak Kilna.
Sofi segera mencari sebatang ranting kayu.
Nila dan ketiga temannya berusaha berenang ke tepi. Butuh waktu lima belas menit mereka berusaha.
”Pegang ranting ini!” suruh Sofi sambil mengarahkan ranting pada Nila dan Berta.
”Ami! Eni! Tangkap rantingku!” pekik Kilna.
Dan akhirnya mereka berhasil selamat berkat bantuan Sofi dan Kilna. Untungnya, Ami juga selamat meski sempat kesulitan untuk meraih ranting yang diulurkan oleh Kilna.
”Lebih baik kita pulang saja. Ayo,” ajak Sofi.
”Tidak!” tolak Nila bersikeras sambil mengeringkan badannya yang basah kuyup.
Sofi duduk di samping Nila,tapi kita sekarang basah kuyup. Ganti baju dulu, lalu kita kemari lagi.”
”Tak apa. Sebentar lagi,” kata Nila sambil bangkit dari duduknya dan berjalan-jalan di sekitar sungai. Nila terlihat seperti mendengar suara.
”Nila, jangan-jangan anak itu ada di sekitar kita sekarang?” tebak Ami sambil memandang berkeliling.
”Benarkah?” tanya Kilna bergidik.
”Bulu kudukku berdiri semua,” ujar Berta sambil merapatkan diri pada Ami.
Tiba-tiba terdengar suara samar-samar anak kecil. Kira-kira lima tahun.
”Hey.. aku mendengar suara,” celetuk Berta tiba-tiba sambil menajamkan telinga.
Nila segera berjalan ke dekat mereka. ”Ah... kau jangan asal bicara?”
Tapi semua kemudian diam. Mencoba mendengarkan suara itu. Dan ternyata benar. Memang ada suara anak kecil.
”Kak! Kak!” panggil suara itu.
Makin lama makin dekat. Semua anak merapatkan tubuhnya. Ternyata nyali Nila kecil juga walaupun dia berani.
”Kak Sofi... kak Nila!”
Ternyata itu adik Sofi yang baru berumur lima tahun. Namanya Arlin. Ketika tahu asal suara itu, semuanya mendesah tenang.
”Kau rupanya,” kata Nila sambil mengurut dada.
”Ku pikir hantu anak itu,” celetuk Ami sambil menatap adik Sofi itu.
Gadis kecil berkepang itu segera mendekati Sofi.
”Kenapa kau kemari?” tanya Sofi sambil memeluk adiknya.
”Ibu yang menyuruhku mencari kakak, sudah hampir maghrib. Kakak harus pulang,” jelasnya.
”Baiklah kita pulang,” kata Nila.
Mereka pun berjalan pulang ke rumah masing-masing.
”Hati-hati di jalan ya,” kata Nila pada keempat temannya yang lain ketika mereka berada di persimpangan jalan.
Ami, Berta, Eni, dan Kilna pun melambaikan tangan ke arah Nila, Sofi, dan Arlin sebagai tanda perpisahan.
”Ternyata cerita angker, ada suara anak kecil itu memang tak nyata. Aku tadi hanya kurang berhati-hati,” kata Nila pada Sofi,”seharusnya kita tidak asal menceburkan diri di sungai. Lihat dulu arusnya, tenang atau deras. Untung kita selamat.”
”Iya, betapa konyolnya aku ini. Percaya pada hal-hal semacam itu,” Sofi pun tertawa riang. Nila dan Arlin pun ikut tertawa dengan Sofi. Mereka pun bergandengan tangan.
”Dan aku bukan hantu,” sambung Arlin.
Walaupun memang benar ada seorang anak yang meninggal akibat terseret arus di sungai itu, tapi sungai yang angker itu hanyalah cerita bohong. Memang benar ada anak yang meninggal akibat arus deras dari sungai itu. Namun, sungai itu tak menjadi angker. Dan tak ada suara anak kecil setiap tiga jam sekali. Jadi, jangan mudah percaya perkataan orang yang belum ada buktinya apalagi takhayul. Oke!

Penulis: Yuna Chan
 

yOuna story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea